Ayat Hari Ini...

Selasa, 15 Februari 2011

Makalah: Menumpas Radikalisme

Oleh: Muhammad Amrullah

Radikalisme yang mengatasnamakan agama, Islam khususnya, agaknya perlu penanganan yang intensif untuk membrantasnya. Mengingat, agamalah yang akan menjadi kambing hitamnya. Agama yang di tumpangi aksi-aksi radikal dan brutal akan tampak mengerikan dan menakutkan yang pada giliranya akan mengurangi simpatisan kepada agama tersebut. Menurut isu yang berkembang, Islam adalah salah satu Agama yang telah di buat justifikasi aksi-aksi radikal itu. Selama ini yang kita kenal Islam adalah Agama yang santun, bijak, adil dan rahmatan lil'alamiin. Namun apalah daya jika ternyata yang berkembang di dunia barat Islam adalah Agama yang serem, menakutkan dan mengerikan. Padahal dunia barat adalah yang sehmestinya di jadikan ladang untuk penyebaran Islam di saat sekarang ini, mengingat dunia baratlah yang saat ini belum mengenal Islam.

            Berdakwah membumikan Islam di dunia barat, yang efisien untuk saat ini, adalah dengan cara menarik simpati mereka terhadap Islam dengan mengedepankan akhlakul karimah yang begitu mengakar kokoh dalam Islam. Karena berdakwah kepada mereka dengan mengankat senjata tidak akan pernah ada hasilnya mengingat untuk saat sekarang mereka lebih kuat dari umat Islam dalam segi militernya. Berdakwah kepada mereka dengan senjata dan kekerasan hanya akan menjadi buah simalakama atau bom bunuh diri. Agama yang paling rasional di muka bumi adalah adalah Agama Islam. Dan inilah salah satu yang menjadi kekuatan Islam yang tidak dimiliki oleh Agama lain. Hal demikian tidaklah berlebihan karena jika kita mengamati Agam-agama lain, di sana kita akan mendapati kerancauan yang tak karuan. Katakanlah ketuhanan Yesus atau Nabi 'Isa yang di tetapkan melalui Konsili Nicea  (mu'tamar) dan di lantik oleh manusia agar menjadi Tuhan.

            Seharusnya umat Islam menyadari dimana dan apa kekuatan terbesar yang mereka miliki kemudian mengaplikasikanya dalam membumikan Islam. Ketika kita, uamat Islam telah mengetahui dan menyadari, bahwa salah satu kekuatan terbesar Islam terdapat pada kerasionalanya, maka kita perlu menyadari bahwa kekutan tersebut hanya bisa di aplikasikan melaluni jalan berdialog dan berdakwah, bukan menggunakan kekerasan dan peperangan yang hanya akan menjadikan Islam sebagai korbanya. Ironis, usaha Ulama kita, pemikir kita, cendekiawan kita untuk menarik simpati non Muslim, dunia barat khususnya, yang dalam arti lain sebenarnya adalah usaha untuk mengislamkan mereka dengan cara yang logis dan terbukti secara akademis telah di hancurkan oleh sekelompok Islam radikal yang barangkali otaknya terlalu dangkal untuk memikirkan dampak negativ yang di timbulkan dari aksi-aksi radikal itu. Akhirnya, hancur sudah bangunan yang hampir sempurna yang di bangun oleh Ulama, pemikir dan para intelektual Muslim. Apa mau mereka?

 Melacak Akar Radikalisme Dalam Agama
             Menjadi sangat penting kiranya usaha melacak akar dari radikalisme dan terorisme dalam agama. Mengingat pemangkasan radikalisme yang bukan dari akarnya hanya akan menghentikan untuk sementara waktu saja dan suatu saat nanti akar itu akan menumbuhkan benih benih radikalisme yang baru dan lebih mengerikan. Ibarat pohon yang berduri yang membahayakan, jika hanya memotong duri-duri itu dan meninggalkan  akarnya tanpa terlebih dahulu membunuhnya, maka akar itupun akan selalu menumbuhkan duri-duri yang baru yang lebih membahayakan. Penangkapan, pengepungan dan saling baku tembak dengan para teroris kemudian membunuh mereka adalah contoh usaha pemangkasan aksi terror dan radikal yang bukan dari akarnya. Maka pantas kiranya, senajan toh disana sini pemburuan teroris gencar di lakukan tetap saja mereka tidak pernah habis, bahkan bartamabah lebih banyak dan sistematis. Ibarat kumis yang di kerok akan semakin tambah lebat dan rapi. Usaha pemangkasan terhadap merekapun telah menjadikan mereka bertambah kuat dan lebih terkordinir.

            Lalu apa dan dimana sebenarnya akar daripada radikalisme dan terorisme dalam agama?. Banyak kalangan yang berbeda pandangan mengenai apa dan dimana sebenarnya akar daripada radikalisme dan terorisme. Sebagian mereka ada yang berpandangan, bahwa akar dari radikalisme dan terorisme adalah faktor ekonomi. Merakapun memiliki bukti-bukti lapangan yang menguatkan asumsi mereka. Namun di satu sisi asumsi mereka juga memerlukan kajian ulang mengingat banyak diantara teroris adalah orang kaya bahkan seorang doctor yang pernah menjadi dosen seperti doctor Azhari yang tewas saat baku temak di Malang. Namun penulis memiliki pandangan sendiri, bahwa akar dari tindak brutal radikalisme dan terorisma adalah akibat terjadinya kesalahan dalam interpretasi terhadap ayat-ayat Al Qur'an yang masih bersifat universal. Ini di buktikan dengan pengakuan-pengakuan mereka dalam aksinya. Mereka berkeyakinan, bahwa apa yang mereka lakukan adalah jihad fi sabilillah yang mereka pahami dari ayat-ayat Al Qur'an yang mereka interpretasikan secara ngawur dan serampangan.

            Jika asumsi mengenai akar daripada timbulnya aksi radikal dan terror adalah akibat kesalahan dalam interpretasai Nushus (teks Al Qur'an dan Sunnah), jika asumsi itu benar, maka tidak ada cara yang lebih efisien untuk mengakhiri radikalisme dan terorisma untuk selamanya, kecuali dengan menggiatkan secara massif interpretasi terhadap teks-teks Qur'an dan sunnah dengan interpretasi yang benar dan bisa di pertanggungjawabkan. Hal demkian tentunya menjadi tanggung jawab yang harus di jalankan oleh para Ulama dan intelektual agar radikalisme dan terorisme segera berakhir. Agar interpretasi tehadap Al Qur'an dan As Sunnah dengan metode yang sebenanya bisa sampai kepada telinga para radikalis dan teroris tentunya hanya bisa di lakukan dengan jalan berdialog yang obyektif. Katakanlah semisal aksi radikal yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap Ahmadiyah di Cikeusik Pandeglang Banten. Harus ada dialog yang bukan hanya terhadap Ahmadiyyah saja tapi juga terhadab mereka yang melakukan penyerangan.


            Sampai sini akhirnya bisa kita ketahui, bahwa yang bisa mengakhiri aksi-aksi teror dan radikal bukanlah Polisi dan densus 88, bahkan yang bisa mengahiri para Ulama, pemikir dan para intelektual muslim yang berkompeten. Silahkan bagi para Ulama, pemikir dan intelektual untuk segera turun tangan agar radikalisme dan terorisme berakhir. Jika bukan kalian siapa lagi? Usaha kalian sedang din nanti-nanti oleh Islam. Insyaallah Allah dan Rasulnya akan bangga  dengan kalian atas apa yang yang kalian persembahkan. Sampai sini akhirnya, segala kesalahan dalam catatan ini semata karena keberadaan penulis yang masih belajar dan belum berpengalaman sama sekali. Karena itu mohon maaf atas segala kesalahan-kesalahan dalam catatan ini. Dan mohon koreksinya yang membangun agar penulis bisa memperbaikinya. Sekian, terimakasih. Wallahu 'alam bisshawaab.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada sekian banyak teks-teks Al-Qur'an dan As-Sunnah yang di justifikasikan untuk menopang aksi radikal dan terror. Diantaranya adalah:
فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاة وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيم
"  Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu  maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka  dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang."(QS. At Taubah:05)

Barangkali diantara tuan-tuan ada yang mau menjelaskan kepada saya, seperti apa sebenarnya interpretasi yang benar terhadap ayat tersebut sehingga tidak di jadikan justifikasi oleh radikalisme dan terorisme…………..............................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar